INFORMASITERKINI1.COM
SEMARANG – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Pembumian Pancasila (GPP) secara resmi menggelar Kongres I di Hotel Metro Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah. Pembukaan kongres ini ditandai dengan jumpa pers yang dipimpin oleh Ketua Umum DPP GPP, Dr. Antonius D.R. Manurung, M.Si., pada Kamis, 4 Desember 2025, yang dilanjutkan dengan rangkaian kongres pada 5-6 Desember 2025.
Kongres I GPP ini mengusung tema besar yang sangat relevan dengan kondisi kebangsaan saat ini: "Peringatan ke 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia Hari Lahir Pancasila: QUA VADIS CITA-CITA REVOLUSI NASIONAL : ?!?"
Dalam jumpa pers, Dr. Antonius D.R. Manurung, M.Si., menjelaskan bahwa tema tersebut sengaja dipilih untuk mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya para pengurus GPP, untuk melakukan refleksi kritis terhadap perjalanan kemerdekaan yang akan mencapai usia ke-80 tahun.
"Kita perlu menanyakan, 'Qua Vadis?' atau 'Ke mana kita pergi?' terkait cita-cita luhur Revolusi Nasional yang diamanatkan para pendiri bangsa. Di usia 80 tahun kemerdekaan, tantangan global dan domestik menuntut kita untuk memastikan Pancasila tetap menjadi kompas utama," ujar Dr. Antonius.
Meskipun berlangsung dalam waktu yang padat, yakni dua hari penuh (5-6 Desember 2025), kongres ini memiliki agenda sentral, salah satunya adalah Deklarasi Kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GPP untuk wilayah Jawa Tengah. Deklarasi ini merupakan upaya strategis GPP untuk memperkuat pondasi organisasi di tingkat regional dan memastikan program-program pembumian Pancasila dapat dilaksanakan secara efektif hingga ke daerah.
Kongres dihadiri oleh 100 peserta yang merupakan perwakilan dan pengurus DPC dari seluruh Indonesia, termasuk tokoh-tokoh penting di DPP seperti yang terlihat pada banner acara. Para peserta akan membahas rumusan kebijakan strategis dan program kerja yang berorientasi pada penguatan ideologi Pancasila, khususnya di kalangan generasi muda.
Melalui Kongres I ini, GPP berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, serta menjadi mercusuar bagi gerakan moral kebangsaan di Indonesia.
Hendra Red(*)
